What's in this blog

I don't tell you a lot about theories, you can Google them easily. I tell you about my opinion, which can affect your opinion and open your mind about marketing and branding.

Rabu, 29 April 2015

Brand Story

Story atau cerita dapat digunakan untuk membangun suatu brand. Story-telling biasa digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Coca-cola dan Nike. Bahkan story telling sudah menjadi suatu strategi marketing yang disebut dengan story telling marketing. Story telling marketing adalah kemampuan untuk menceritakan aspek-aspek brand sehingga membentuk hubungan emosional dengan stakeholders, seperti sales, public speakers, supplier, distributor, dan konsumen yang akan membawa pesan brand kepada orang lain.

Siapa yang tidak suka cerita? Hampir semua orang dari segala usia senang mendengar cerita. Melalui cerita, sebuah brand dapat menjadi sangat viral. Apalagi sekarang didukung oleh kehadiran media sosial. Sebuah cerita dapat dengan mudah menyebar dan menjadi trending topic.

Ingat dengan film pendeknya Cinta dan Rangga yang dikampanyekan oleh Line? Nah, itu salah satunya. Jika diperhatikan, sebenarnya film pendek itu benar-benar merupakan iklan Line. Total advertising. Tapi coba rasakan betapa besarnya sisi emosional yang dibawa oleh film pendek tersebut. Apalagi pengguna Line yang sekarang berumur 20-an pasti merasakan nostalgia masa remajanya yang diisi dengan film Ada Apa Dengan Cinta. Story telling dapat menjadi sangat menarik karena cerita dapat menyentuh sisi emosional dari pembaca. Emosi ini akan mempermudah pembaca mengingat cerita atau pesan karena menyangkut dengan perasaan.




Pemasar harus kreatif dalam membuat brand story. Ada beberapa sumber brand story yang bisa dikembangkan :

1. Sejarah brand
Menarik untuk mengetahui jatuh bangun suatu perusahaan dari awal perusahaan tersebut berdiri. Tidak hanya mengenai perusahaan, tapi mengenai founder atau pendiri brand tersebut. Bagaimana proses mereka mulai dari orang biasa sampai bisa sukses seperti sekarang.

2. Keunikan produk atau layanan
Pemasar juga bisa menggunakan cerita yang memperlihatkan keunikan produk yang tidak dimiliki oleh produk dari brand lain. Misalnya minuman dalam kemasan Kopiko 78 degrees celcius. Diceritakan bahwa pembakaran kopi at it's finest adalah saat suhu mencapai 78 derajat celcius. Who even ever think of that? Belum pernah ada minuman kopi dalam kemasan yang menonjolkan sisi ini.



3. Visi dan tujuan merek
Cerita dapat dibangun sesuai dengan visi dan tujuan merek. Contohnya produk Dove. Dove selalu ingin menekankan bahwa semua wanita itu cantik secara alami. Dove membuat suatu campaign melalui sebuah video di Youtube yang berjudul "You Are More Beautiful Than You Think". Ini adalah videonya. Video ini menjadi sangat viral melalui cerita yang menyentuh sisi emosional wanita di seluruh dunia. Link video nya -> https://www.youtube.com/watch?v=XpaOjMXyJGk


4. Solusi dan pencapaian
Brand story dapat dibangun dengan cerita mengenai solusi yang ditawarkan kepada konsumen dari suatu produk, atau pencapaian suatu produk, misalnya saat menang award.

5. Event yang spektakuler
Pemasar dapat mengadakan event yang spektakuler atau membuat orang kagum. Ini bisa tentang penjualan yang fantastis dan kehebatan perusahaan dalam menguasai pasar ekspor, misalnya.




Referensi : Majalah Marketing

Brand Architecture

Brand architecture diperlukan oleh perusahaan saat perusahaan mempunyai banyak jenis produk. Ada banyak bentuk dari brand architecture. Masing-masing mempunyai karakter dan hubungan yang berbeda antara parent brand dengan product brand nya.

1. Product Brand
Brand dari tiap produk dibuat berbeda dengan positioning yang berbeda-beda pula. Positifnya, saat sebuah brand melakukan kesalahan dan mempunyai persepsi yang negatif, product brand lain yang tergabung dalam parent brand tidak akan ikut negatif image-nya. Tetapi sisi negatifnya, biaya pemasaran akan sangat besar karena setiap product brand harus diperlakukan berbeda.
Contoh product brand : Altria sebagai parent brand dari produk-produk terkenal ini. I didn't even know that! Never heard of Altria before.



2. Ranges Brand
Satu brand name, berbeda-beda lini produk tapi saling terkait. Positifnya, ranges brand dapat memudahkan aktivasi produk baru, karena sudah didukung parent brand jika parent brand nya sudah terkenal. Tapi negatifnya, jika salah satu product brand mempunyai image yang buruk, maka image parent brand sangat mudah untuk ikut mempunyai image yang buruk.
Contoh : Virgin, mulai dari penerbangan, sampai toko ritel.



3. Line Brand
Satu nama yang sama (nama parent brand) digunakan untuk beberapa produk yang masih berada dalam satu lini/kategori produk. 
Contoh : FedEx yang bergerak dalam jasa pengiriman.


4. Umbrella Brand
Menggunakan nama parent brand. Produk tidak mempunyai nama produk masing-masing. Biasanya dibedakan menggunakan kode.
Contoh : Intel.



5. Shared Brand
Nama depan menggunakan parent brand, nama belakang menggunakan product brand.
Contoh : Google. Google Maps, Google Translate, etc



6. Endorse Brand
Parent brand selalu disertakan dalam seluruh visual produk untuk memperkuat product brand. Parent brand menempel dengan product brand. Biasanya logo parent brand ditempatkan di bagian depan packaging, dekat dengan product brand
Contoh : 3M. 

Banyak perusahaan yang tidak hanya menggunakan satu jenis brand architecture, tetapi gabungan dari beberapa bentuk brand architecture. Gabungan ini disebut dengan hybrid.
Brand-brand yang dimiliki perusahaan akan muncul dan disusun dalam sebuah brand portfolio. Perusahaan harus membuat brand architecture dulu sebelum membuat brand portfolio.