What's in this blog

I don't tell you a lot about theories, you can Google them easily. I tell you about my opinion, which can affect your opinion and open your mind about marketing and branding.

Minggu, 15 Maret 2015

Nike dan Endorsement

(Celebrity) Endorsement menurut businessdictionary.com adalah 
A form of brand or advertising campaign that involves a well known person using their fame to help promote a product or service.

Nike menjadi salah satu pencetus pengguna endorsement. Di tahun 1990-an, Nike mencoba pendekatan pemasaran baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya, yaitu menggunakan endorsement. Lewat endorsement dari Michael Jordan, Nike berusaha mengaitikan fesyen, olahraga, dan gaya hidup. Nike sangat sukses dalam menjalankan strategi ini. Sejak saat itu Nike terus-menerus meng-endorse macam-macam atlet.

Namun, menurut brandingstrategyinsider.com, endorsement adalah hal yang salah di dalam marketing. Selain mahal, menggunakan endorser juga dinilai tidak efektif. Riset dilakukan pada tahun 2010 dan hasilnya menunjukkan bahwa iklan di TV yang menggunakan selebriti mempunyai hasil yang mengecewakan 


Pada tahun 2010 memang gaya hidup sudah mulai berubah. Media sosial sudah menjadi kebutuhan sehari-hari konsumen. Konsumen sudah tidak lagi "percaya" akan iklan TV, tetapi lebih percaya pada apa yang mereka lihat di media sosial, yaitu pendapat dari teman-teman dan sesama konsumen lain. Mereka lebih percaya pada brand advocates, lalu mereka juga menjadi brand advocates. Saya akan membahas brand advocates dalam entri-entri selanjutnya.

Tapi, sampai sekarang Nike masih saja aktif dalam menggunakan endorsement dan segalanya berjalan dengan baik bagi Nike. Bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang olahraga, sepertinya endorsement efektif dan membuahkan hasil. Ada ikatan emosional saat fans melihat atlet idola mereka menggunakan merek sepatu tertentu. Mungkin mereka merasa performa mereka akan semakin bagus seperti sang atlet idola jika mereka menggunakan merek sepatu yang sama. 

Nike ingin memberikan asosiasi tertentu pada produk. Nike berusaha menjadi barang yang identik dengan generasi, kaum, atau golongan tertentu. Pendekatan pemasaran yang dilakukan Nike berhasil mengubah sepatu olahraga yang tadinya hanya kebutuhan olahraga menjadi kebutuhan fesyen yang memberikan identitas baru pada konsumennya.

Michael Jordan adalah atlet endorser paling mahal di dunia. Nike menggunakan Michael Jordan untuk praktik endorsement pertama kali Nike. Michael Jordan sudan pensiun di tahun 2003 tetapi ia mash mendapatkan cek dari Nike setiap tahunnya sebesar $50 jura - $60 juta. Itu baru dari Nike saja loh, Michael Jordan juga menjadi endorser bagi merek-merek lain, bayangkan keuntungan pasif yang ia dapatkan hanya melalui endorsement.
Nike tidak hanya mengendorse Michael Jordan, tapi masih banyak atlet lain seperti Roger Federer, Maria Sharapova, dan Christiano Ronaldo. Sekarang bayangkan berapa banyak yang Nike harus keluarkan untuk endorsement-endorsement yang tidak murah ini.




Referensi : Buku "100 Kisah Klasik Pemasaran"
www.tsmplug.com





Peran Logo dalam Branding

Logo adalah gambaran visual yang sangat penting dari sebuah brand. Just like brand name, logo seharusnya mencerminkan brand positioning dan brand personality. Logo yang kuat dan telah masuk ke benak konsumen dapat menjadi pembeda secara mudah antara brand yang satu dengan yang lain. Konsumen juga dapat dengan mudah mengetahui merek, produk, dan hal-hal mengenai suatu brand saat melihat logo yang sudah dikenali dengan baik. 

Logo juga dapat menjadi kebanggaan bagi beberapa orang. Misalnya logo apel digigit. Sampai dijual case iPhone yang di bagian apelnya terbuka, jadi apelnya terlihat. Apple juga menyertakan stiker logo apel digigit jika kita membeli produk apel. Konsumen dengan bangga akan menempelkannya di benda-benda miliknya yang lain, misalnya kendaraan. Saat orang lain melihat, konsumen rasanya punya kebanggaan tersendiri.

Logo bukan penentu kesuksesan suatu brand. Banyak aspek lain yang perlu diperhatikan dan dikembangkan. Logo merupakan salah satu bagiannya. Semua aspek saling melengkapi dan melalui suatu proses.

Banyak sekali hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat logo, ini adalah opini saya :

1. Simple
Logo seharusnya simple agar bisa dipasang di berbagai produk dan berbagai media. Tentu saja agar mudah diingat juga. Perhatikan logo Yamaha dan Apple yang pertama dibuat dengan yang sekarang. Logo yang pertama menurut saya tidak cocok untuk jadi logo, itu lebih seperti karya seni dekoratif, ribet banget.




2. Mencerminkan brand strategy produk
Brand strategy termasuk brand positioning, essence, identity, personality, extension, communication. Secara filosofis, logo sebisa mungkin mencerminkan hal-hal ini.

3. Pemilihan elemen-elemen visual yang tepat
Elemen ini mencakup warna, bentuk (lingkaran, kotak, dll), typefont (font yang digunakan dan bentuknya, misalnya miring, lurus, melingkar), dan komposisi (simetris/tidak, pemuh/kosong).
Pemilihan font dan design dapat merubah logo dari waktu ke waktu karena selalu muncul font baru yang mungkin dirasa lebih modern, dan selera design juga berubah. Kodak merubah font nya agar lebih modern.



Logo yang terkenal adalah logo Coca Cola vs Pepsi. Banyak yang mengatakan bahwa Coca Cola tidak pernah merubah logonya sama sekali, sedangkan Pepsi sering sekali merubah logonya. Hal ini terkadang menjadi lelucon, apalagi bagi pecinta Coca Cola. Ternyata tidak! Coca Cola pun melakukan perubahan logo meskipun tidak begitu signifikan.



Merubah logo bukan berarti brand Anda sudah tidak kuat atau sudah buruk citranya. Kadang kita hanya butuh penyesuaian dengan lingkungan sekitar yang ikut berubah. Bisa juga perubahan berasal dari internal, ada strategi baru, manajemen perusahaan yang baru, dan lain-lain.

Ada yang lucu pada perubahan logo Starbucks ini. Memang dari tahun ke tahun si mermaid terlihat semakin dekat, lalu ada aja yang iseng membuat perubahan logo Starbucks ke depannya.







Branding is a Shortcut

Pertama-tama kita harus mengetahui apa itu brandingAmerican Branding Association mendeskripsikan bahwa branding adalah nama, istilah, tanda, simbol atau desain atau kombinasi dari kesemuanya yang bertujuan untuk mengidentifikasi suatu barang atau jasa dan akhirnya dapat membedakan diri sendiri dengan yang lainnya.

Saya suka pernyataan mengenai branding yang satu ini :
Branding is more than a name and symbol. A brand is created and influenced by people, visuals, culture, style, perception, words, messages, PR, opinions, news media and especially social media. Like when a child is born and given a name, a brand needs nurturing, support, development and continuous care in order to thrive and grow. Some brands have a life cycle and grow old like people. Some brands are timeless and never die, are “born again” or reinvented, while some brands live a short but powerful life and have an iconic legacy.  Lisa Buyer – The Buyer Group

Branding tidak sama dengan brand. Branding adalah kegiatannya. Kegiatan untuk membentuk suatu brand.

Shortcut sendiri adalah jalan pintas. Jika kita memiliki brand management yang baik, brand kita bisa sampai kepada brand equity, dimana brand sudah memiliki brand value. Disinilah branding bisa dikatakan sebagai shortcut.

Shortcut untuk apa? Tentu saja untuk sales, karena tujuan akhir marketing adalah sales, yang berujung pada profit dan sustainability

Untuk lebih jelasnya saya akan menginput gambar dari dosen saya, pemilik www.creasionbrand.blogspot.com :

Pertama, kita harus membangun positioning yang tepat mengenai brand kita. Positioning yang tepat harus selaras antara apa yang kita inginkan ada di benak konsumen dengan apa yang benar-benar ada di benak konsumen. Positioning ini masuk ke dalam feeling and mind konsumen. Dari sinilah shortcut terhadap penjualan bisa terjadi. 

Dosen saya mengibaratkannya seperti jalan tol. Misalnya saya dan teman saya ingin pergi dari Soekarno Hatta, tujuannya sama-sama ke PVJ. Saya lewat tol, teman saya lewat jalan biasa. Siapa yang lebih cepat sampai? Saya tentunya. Nah PVJ itu sales, jalan tol itu ibarat shortcut nya.

Contoh lain, jika ada banyak tukang nasi goreng di suatu jalan besar, ada nasi goreng yang sudah terkenal dan punya nama, misalnya Nasi Goreng Mafia. Kebanyakan orang mungkin akan memilih nasi goreng yang punya nama, meskipun mereka belum pernah coba Nasi Goreng Mafia, tapi akan lebih mudah kalau berkata "Ke Nasgor Mafia aja yuk!" daripada "Ke nasgor yang di sebelah tukang cuci motor yang di kanan jalan situ yuk!"

Contoh terakhir, dosen saya menganalogikannya menggunakan lamaran kerja. Semua surat lamaran bentuknya pasti hampir sama, amplop coklat atau putih yang berukuran besar. Ada berapa ratus amplop yang masuk ke perusahaan setiap harinya, coba? Banyangkan pusingnya HRD melihatnya satu-satu. Belum tentu amplop Anda dibuka. Branding can work this way. Anda bikin saja amplop yang sangat berbeda, misalnya amplop warna pink berbentuk hati. Pasti amplop anda diambil. Pasti. Kemungkinan selanjutnya adalah apakah amplop tersebut dibaca atau dibuang. Ya, menurut saya sih worth it  ya, yang pasti amplop Anda sudah stand out, different, dan mempunyai brand anda sendiri. Shortcut engga? Iya dong!
 

PT Rasa, Sukses Tanpa Promosi

Warga Bandung pasti mengenal Rasa Bakery And Cafe, atau lebih dikenal dengan PT Rasa. Restoran yang berada di Jalan Tamblong ini berdiri sejak 1930. Makanan yang populer dari PT Rasa adalah eskrim homemade dan cemilan-cemilan khas Belanda.

Soal produk, kualitas produk PT Rasa tidak diragukan lagi. Makanan mempunyai rasa yang enak. Tidak hanya makanan Belanda, ada juga makanan Indonesia seperti Nasi Rawon, Sop Buntut, dan Nasi Goreng. Produk lain yang dijual adalah snack, roti, minuman, dessert, dan kue-kue. Tapi yang paling terkenal adalah eskrimnya. Favorit saya dan teman-teman sih eskrim rasa pisang. Terasa sekali pisangnya. Warnanya hijau, jangan tertukar dengan green tea ya.

sumber : openrice



Jalan Tamblong bukanlah jalan pusat jajanan kuliner di Bandung, maupun pusat wisata. Memang ini adalah pusat kota, dekat dengan hotel-hotel kenamaan di Bandung seperti Prama Grand Preanger, Grand Panghegar, dan Savoy Homan. Tidak seperti jalan Dago atau Riau yang dipenuhi berbagai tempat belanja dan kuliner, jalan Tamblong bisa dibilang hanya punya PT Rasa. Bahkan banyak wisatawan, baik lokal maupun asing, yang sengaja berkunjung ke PT Rasa demi mencicipi hidangannya, terutama eskrimnya. Mungkin PT Rasa ini serupa dengan Toko Oen di Malang.

Berada di Jalan Tamblong no. 15, PT Rasa memiliki eksterior bangunan Belanda jaman dulu yang temboknya berwarna putih, dengan jendela-jendela besar. Tua namun tetap bersih dan terawat. Bagian dalam, sangat simple. Bangku dan meja juga simple dan suasana jadul-nya masih terasa.






Sebagai warga Bandung, saya tidak pernah melihat iklan PT Rasa dimanapun. Iklan media cetak tidak pernah, begitu juga dengan iklan di media sosial atau internet. Saya ragu apakah PT Rasa mempunyai media sosial, karena saat saya search di Google, saya tidak menemukan satu pun media sosial yang mempunyai nama akun PT Rasa. Lalu bagaimana cara PT Rasa tetap bertahan dan hampir selalu penuh?

PT Rasa menjadi besar karena Word Of Mouth. Bahkan WOM yang dimiliki PT Rasa turun temurun antar generasi. Sepertinya PT Rasa menjadi salah satu restoran yang hits di angkatan orang tua saya. Maka, para orang tua ini mengajak anak-anaknya ke PT Rasa. Terlepas dari kesan tempat nongkrong gaul bagi angkatan saya, teman-teman dan saya senang ke sini karena ingin menikmati makanannya. Konsumen akan melakukan repetition buying jika mereka menyukai suatu produk, dan ini yang terjadi pada PT Rasa.

Tandpa promosi, atau dengan promosi yang minimal, PT Rasa dapat dengan konsisten mempertahankan sales yang berujung pada loyalitas konsumen yang berkelanjutan. (Saya akan bahas ini di entri selanjutnya). WOM berjalan dengan sendirinya, food blogger juga banyak menulis tentang PT Rasa dengan sukarela dan sukacita. PT Rasa mematahkan pendapat kebanyakan orang mengenai "kalau ga ikutin teknologi ga akan bisa bertahan". PT Rasa doesn't use the newest information technology, it's consumers do. And that's pretty much effective and cost less.

Brand Name yang Mirip, atau Bahkan Sama

Setelah di entri sebelumnya saya membahas mengenai hal-hal teknis tentang brand name, sekarang saya ingin menaruh perhatian khusus pada aspek "Unique and Different". Berbahaya sekali jika terjadi pelanggaran di aspek ini. Penjualan menurun atau komplain dari konsumen masih belum apa-apa. Bisa saja jika anda dianggap copycat, masalah ini dibawa ke ranah hukum.

Brand name Anda harus unik dan berbeda, dalam arti memang belum ada sebelumnya terutama di dalam industri yang sama. Nama yang mirip dengan nama lain pun bisa menjadi masalah dan dapat menimbulkan kebingungan dalam benak konsumen.

Saya pernah mengalami sendiri masalah ini. Teman saya, sih sebenarnya. Mereka mempunyai satu band yang dinamakan Lastoria. Band ini baru berdiri, baru mempunyai satu buah single, dan belum rekaman, istilahnya sih masih iseng-iseng saja. Tapi mereka ingin membawa band ini ke tingkat yang lebih serius dan ingin mengkomersilkannya. Ternyata, ada band lain di Indonesia yang bernama Astoria. Band ini sudah mempunyai album dan label mereka sendiri. Bagaimanapun Lastoria yang newborn akan kalah dengan Astoria yang sudah lebih punya nama. Teman-teman saya pun memutuskan untuk mengganti nama band mereka.

Tentu saja nama band mereka memang tidak sama persis, tapi hampir sama. Salah satu band bisa dianggap copycat yang lain, meskipun misalnya dalam kenyataannya masing-masing band memikirkan nama sendiri di tempat yang berbeda, tapi yang menang kan, yang punya uang.

Kasus nama sama terjadi pada Axioo. Biasanya yang laki-laki akan langsung teringat merek komputer, tapi kebanyakan perempuan mengasosiasikan Axioo terhadap perusahaan foto pre-wedding. Kedua merek ini berdiri sudah lama, tapi saya belum pernah dengar ada kasus saling tuntut antar kedua brand ini. Asumsi saya, tidak adanya perseteruan ini karena perbedaan industri usaha yang mereka jalani. Bedanya cukup jauh, jasa fotografi dengan penyedia komputer. Konsumen tidak akan mengalami "salah pilih", dan sampai sekarang masing-masing brand berjalan dengan baik.

axioo komputer

axioo photography

Kasus yang cukup jelas terjadi pada Oreo. Oreo adalah biskuit berwarna hitam dengan krim vanila di dalamnya. Jelas Oreo telah menjadi generic brand. Sering sekali dijumpai di buku menu nama seperti "Milkshake Oreo" dan "Oreo Pancake". Yakin mereka benar-benar pakai Oreo? Ingatkah Anda terhadap merek Rodeo dan Goriorio yang sangat serupa baik dalam packaging maupun bentuk dan rasa produk?

Sebenarnya tipe makanan biskuit hitam dengan krim vanila ini bisa disebut "cookies and cream", tapi masih banyak yang lebih aware dengan nama Oreo dibandingkan "cookies and cream". Rodeo dan Goriorio adalah merek lokal Indonesia yang bisa dibilang "meniru" Oreo. I think it is so obvious. Dari nama saja sudah jelas, ditambah dengan kemasan yang warnanya serupa, dan produk yang hampir sama persis bentuk dan rasanya. Harga kedua produk ini tentu lebih murah, dan mempunyai citarasa yang kalah dengan Oreo. Apakah persepsi konsumen positif terhadap dua merek ini? I don't think so. Konsumen akan langsung men-judge copycat once they saw the packaging.


Beberapa merek yang ditiru dengan sangat hebat oleh negara Tiongkok :

Puma jadi Numa, dengan logo yang sama

Blackberry dan Blueberry. Will there be Raspberry?

Gillette ceritanya

PolyStation. I found this so funny

Brand Name

Saat melakukan pemilihan akan suatu brand name, pemasar harus mempertimbangkan banyak aspek. Brand name harus mencerminkan brand essence dan brand positioning suatu produk. Agar mempunyai brand name yang baik, harus dimulai dari membuat brand strategy yang baik dan konsisten. Brand name yang bagus adalah yang bisa menyentuh sisi emosional konsumen dan pikiran dari konsumen yang tidak aware. Hal ini dapat dicapai jika selaras dengan brand strategy

Brand name bisa dibuat berdasarkan banyak hal :

1. Dari tempat asal brand tersebut dibuat
Fujifilm yang berasal dari Jepang. Nama Fuji berasal dari gunung Fuji yang ada di Jepang. Brand Nokia berasal dari pabriknya yang berada di kota Nokia di Finlandia.

2. Cerminan brand personality produk
Seiko, perusahaan arloji asal Jepang. Seiko merupakan bahasa Jepang yang artinya "sempurna" atau "sukses.

3. Nama karangan
Ini disebut Neologism, yaitu penciptaan kata baru yang sebelumnya tidak ada. Contohnya adalah Kodak. Nama Kodak dibuat karena huruf K terkesan mempunyai karakter yang kuat. Kodak tidak mempunyai arti tapi terdengar positif.

4. Akronim
Singkatan dari nama panjang brand. Banyak bank yang menggunakan ini. Misalnya BCA, BRI, dan BPR.

5. Nama pemilik
Nama pemilik dapat mencerminkan kualitas dan karakter produk. Misalnya pada sekolah musik, ada Rumah Musik Harry Roesli, Purwa Caraka, dan Indra Music School. Nama pemilik juga lazim digunakan dalam sekolah ballet, misalnya Christine Ballet, Taneke Ballet, dan Marlupi Dance Academy.



Sumber nama dapat menciptakan persepsi positif dari sisi emosional konsumen, sekarang hal-hal yang sifatnya sedikit teknis.
Apa yang harus diperhatikan dalam membuat brand name yang baik :

1. Having Positive Associations and Meaning
Sebuah brand name harus mempunyai kesan yang positif dalam sisi emosional konsumen.

2. Providing Consumer Information
Lebih baik lagi jika dalam satu atau dua kata brand name yang singkat itu, Anda sudah dapat memberi sedikit penjelasan tentang produk Anda.

3. Unique and Different
Avoid generic brand name! Brand name harus unik dan berbeda dengan pesaing dalam industri sejenis. Nama yang mirip-mirip belum tentu akan berhasil meningkatkan penjualan, malah bisa dianggap copycat dari brand yang telah ada. Ini akan saya bahas di entry selanjutnya, ya.

4. Being Easy to Spell, Pronounce, and Remember
Tidak usah menciptakan brand name yang susah-susah dengan filosofis tinggi namun penggunaannya tidak praktis. Jika brand name susah diucapkan more likely akan membuat awareness konsumen rendah. Anda juga akan merasa kesulitan saat membuat akun media sosial, misalnya.



Referensi : buku Brand Cookbook

Jumat, 13 Maret 2015

Dua Tangan Penuh

Saat saya menulis artikel ini, saya sedang berada di suatu tempat ngopi yang lagi hits sekali di Bandung. Letaknya di jalan Sukajadi. Saya langsung kepikiran untuk menulis artikel mengenai tempat ini. Mengapa? Karena tempat ini saya nilai unik, dari sisi eksterior, interior, maupun makanannya. Yak, betul, buat yang sudah menduga-duga, saya akan menulis tentang Two Hands Full.

Two Hands Full (THF) mempunyai konsep yang sedikit berbeda dengan tempat makan yang telah ada. Sekarang dimana-mana perusahaan berusaha keras memanjakan konsumen. Literally memanjakan dengan memberikan pelayanan semaksimal mungkin. Pelayan ada di setiap sudut tempat, restoran menyediakan bahan-bahan pelengkap yang diminta konsumen (saus tomat, saus sambal, tusuk gigi, dll), membuat interior senyaman mungkin dengan menyediakan sofa, membuat eksterior semenarik mungkin dengan memasang plang besar-besar. THF tidak menggunakan pemikiran itu. THF sepertinya mengadaptasi gaya coffee shop di luar negeri yang serba mandiri, simple, tetapi mengutamakan kualitas produk.

sumber : cikopi.com



Pertama kali saya berniat berkunjung ke THF, saya sempat agak bingung menemukan lokasinya. Saya sampai menggunakan aplikasi Waze. Sebenarnya lokasinya tepat di pinggir jalan besar, which should be so obvious, tapi THF tidak memasang plang apa-apa di bagian luar. Saya agak ragu, apa benar ini THF. Dari luar, tempatnya terlihat seperti gedung yang sedang dalam masa renovasi. 

Saat masuk, saya masih ragu, apakah tempat ini buka, karena setelah masuk pintu masih terlihat seperti dalam masa renovasi. Ternyata memang begitu konsep yang diusung oleh THF. Design interior bertema industrial warehouse. Tembok terbuat dari batu bata yang tidak dicover lagi dengan semen. Bagian langit-langit hanya semen, tidak dicat, tidak ditutupi apapun. Lampu-lampu sederhana bergantungan dengan cahaya kekuningan dan kabel-kabel yang kelihatan. Meski begitu, tidak ada kesan kumuh atau kotor di THF. Suasana terasa sejuk dan kebersihan selalu terjaga. Ada musik yang memberikan kesan santai, ada AC juga. Ornamen-ornamen yang digunakan malah terasa mempunyai nilai seni yang tinggi. Tidak ada sofa-sofa besar tetapi konsumen tetap merasa nyaman dan betah berlama-lama di THF. Apalagi THF menyediakan Free Wifi. Uniknya, password Wifi THF ditulis di langit-langit diatas tempat barista bekerja dan ditulis menggunakan kapur.


sumber : sharkie.cameradphoto.com 

sumber : sharkie.cameradphoto.com

sumber : myfunfoodiary.com


Di THF tidak akan ada pelayan yang mendatangi meja kita, memberikan menu, memberikan rekomendasi, dan menunggui sampai kita siap memesan. Semua dilakukan sendiri. Datang, ambil menu, pilih, pesan, bayar di kasir. Pelayan hanya ada saat mengantarkan makanan, selebih dari itu mereka berada di area tengah tempat barista dan kasir berada. Tapi bukan berarti mereka tidak mau membantu, mereka tetap ramah dan dengan senang hati membantu jika kita memanggil.



Hal yang agak sulit adalah hampir semua makanan disini contain pork sehingga tidak semua orang bisa menikmati. Ada beberapa menu yang tidak mengandung babi tetapi sangat standar, seperti toast, toast with egg, dan truffle fries. Menu yang agak "keren" tapi tidak mengandung babi adalah "Omega Lovers" yaitu smoked salmon, telur, dan roti. Terlepas dari kehalalannya, makanan disini sangat enak. Saya tidak ada pantangan dalam makan, termasuk makan babi, sehingga saya bisa makan macam-macam.



Oh ya, disini juga tidak ada nasi. Makanan yang disajikan seperti sarapan western (dengan porsinya yang banyak sekali).  THF benar-benar mengutamakan kualitas produk. Makanan disajikan dengan presentasi yang cantik, porsi besar, cara pengolahan makanan yang istimewa. Semua kopinya diproses dengan profesional, dengan nama yang profesional juga (nama-nama dimana hanya pecinta kopi yang mengerti).





Menu kopinya tidak terlalu banyak. Begitu pula dengan menu makanan dan minuman lain. Menu minuman hanya satu lembar kertas kecil, kira-kira ukuran A6. Hal yang sama ditemukan pada menu makanan.

Berbeda dengan cafe atau beberapa coffee shop yang harga produknya mahal karena menjual suasana dan tempat, harga produk di THF mahal karena memang kualitasnya tinggi. Porsi juga besar sehingga benar-benar tidak rugi untuk makan disini. Harga minuman antara Rp. 30.000 dan makanan sekitar Rp. 50.000.

Keseluruhan persepsi Marketing Mix saya terhadap tempat ini sangat positif. Yang hebatnya lagi, THF tidak melakukan pemasaran terhadap brand nya secara besar-besaran. Sebenarnya THF mempunyai plang di depan sekali, di pinggir jalan, yang menurut saya kurang kelihatan karena berada di sisi setelah gedung. Itupun tidak terlalu besar dan kurang stand out. Tapi di gedung, sama sekali tidak ada plang THF. THF mempunyai word of mouth yang sangat baik. Saya juga tahu THF melalui rekomendasi teman. Mereka bilang THF has the best coffee in Bandung. Great.





Rabu, 11 Maret 2015

Brand Personality

Brand personality adalah sifat manusia yang ditemukan didalam suatu brand. Ada juga yang mengatakan bahwa brand personality adalah cara sebuah brand berkomunikasi dan berperilaku. Sounds so human, eh? Tapi memang begitulah cara kerja brand personality. Brand personality is personification of a brand. Konsumen cenderung menentukan ciri-ciri sebuah brand dengan menganalogikan sifat manusia.

Brand personality muncul dari semua aspek. Produk itu sendiri, packaging, warna yang digunakan, iklan, semua mencerminkan brand personality. Brand personality Anda harus mempunyai keunikan sendiri yang bisa membedakan brand Anda dengan pesaing. Dengan mempunyai brand personality yang kuat, brand akan lebih mudah dikenali oleh konsumen. Konsumen mempunyai asosiasi tertentu terhadap brand anda.

Brand personality berbeda dengan brand image. Brand image melihat sisi tangible dari suatu produk, terutama keuntungan dan atributnya. Sedangkan brand personality mengindikasikan asosiasi dan karakter yang dilihat oleh konsumen secara emosional.

Menentukan brand personality perusahaan bukan hal yang simple. Harus dilakukan riset dan pemahaman mendalam mengenai positioning brand. Jangan sampai personality brand yang ingin Anda bangun malah berbeda dengan yang telah terbangun. Perhatikan aspek visual brand Anda. Visual amat berpengaruh. Bagi Anda yang dalam tahap start up sebuah usaha, kuis ini dapat membantu menentukan brand personality Anda http://www.bigbrandsystem.com/uncover-your-brand-personality-quiz/

Contoh dari brand personality :
1. Harley Davidson : laki-laki penyuka kebebasan, petualang
2. Disney : ceria, imajinatif
3. Macbook : sophisticated, simple, eksklusif

Ada lima dimensi brand personality. Lima dimensi ini semacam garis besar dari personality brand. Lima dimensi tersebut adalah sincerity, excitement, competence, sophistication, dan ruggedness.

Sumber : pivotcon.com


Rebranding Prama Grand Preanger

Setiap hari saya melewati Jalan Asia Afrika sepulang kuliah. Akhir-akhir ini saya notice sesuatu yang berbeda dari hotel besar yang ada di pinggir jalan, yang sudah sangat familiar dan menjadi ikon kota Bandung. Ada yang berbeda dengan hotel Grand Preanger. Nama Grand Preanger yang dipasang besar di pinggir jalan hilang, berganti nama menjadi Prama, lengkap dengan logo barunya. Saya langsung kepikiran, masa Hotel Grand Preanger yang segini gedenya bisa bangkrut sih? 


Ternyata Grand Preanger tidak bangkrut. Jaringan hotel Aerowisata Hotels & Resorts, selaku pengelola hotel Grand Preanger sedang melakukan rebranding terhadap hotel-hotel yang dinaunginya. Aerowisata ingin memperkenalkan konsep baru di tahun 2014, yaitu Authentic Indonesian Hospitality. Hotel-hotel dengan kelas atas atau upscale diberi nama Prama di depan nama lamanya. Hotel kelas menengah diberi nama Kila, dan kelas ekonomi diberi nama Asana. Prama sendiri mempunyai arti "unggul". Hotel Sanur Beach Bali Hotel juga berganti nama menjadi Prama Sanur Beach Bali Hotel.

Logo Prama berupa simbol mahkota yang terbentuk dari gambar lima tangan tertelungkup. Logo ini mengekspresikan citra kelas atas dengan keramahtamahan serta sentuhan sensasi lima indera yang berkarakteristik Indonesia.

Menurut Erik Ramadhan Tubelaka, selaku General Manager Grand Preanger Bandung, ada 5 aspek perubahan yang dilakukan, yaitu sight, sound, smell, taste, dan touch.

1. Sight
Pemakaian tekstil tradisional khas Indonesia yang mempunyai pattern dan warna yang menarik.

2. Sound
Diputarkan alunan musik tradisional Indonesia yang berasal dari berbagai daerah.

3. Smell/Scent
Aromaterapi dan spa modern di Prama Grand Preanger yang menggunakan bunga-bunga dan tanaman yang telah digunakan sejak zaman dulu. Contohnya, digunakan aromaterapi bambu dari Sumatra. Diharapkan hal ini dapat memberikan sensasi tersendiri yang unik bagi tamu.

4. Taste
Menu yang ditawarkan adalah menu-menu khas Indonesia, seperti Nasi Goreng, Rawon, dan Sop Buntut dengan resep dan bumbu-bumbu asli Indonesia

5. Touch
Menurut saya ini paling unik. Di setiap kamar disediakan guling. Guling memang menjadi pelengkap tidur khas Indonesia. Banyak orang Indonesia yang tidak bisa tidur tanpa guling. Prama Grand Preanger menghadirkan sentuhan unik ini kembali.

Perubahan yang terlihat di Prama Grand Preanger setelah renovasi di tahun 2013 adalah semua Executive room di Naripan Wing dirubah menjadi Naripan Suite yang mempunyai tampilan baru. Area umum yang direnovasi adalah lobby, Preanger Brasserie, Grand Ballroom, Executive Lounge, dan kolam renang. Renovasi dilakukan namun tetap mempertahankan pola art deco yang menjadi ciri khas Grand Preanger.

Tidak semua pihak menyukai keputusan rebranding ini. Ada konsumen yang tidak suka dan merasa bahwa nama Grand Preanger yang sudah menjadi ciri khas Bandung sejak tahun  1929 malah hilang. Memang kesannya Grand Preanger ini berganti nama menjadi Prama. Saya juga mengira begitu awalnya. Padahal Prama hanya ditambahkan di depan nama aslinya. Grand Preanger-nya tetap ada, kok.



ini sebelum rebranding. lihat tulisan di kiri bawah


Referensi : http://inspirasibangsa.com/grand-hotel-preanger-kini-jadi-prama-grand-preanger-bandung/
http://travel.kompas.com/read/2014/04/25/0908047/Hotel-hotel.dari.Aerowisata.Berganti.Nama
http://bandung.bisnis.com/read/20140513/34487/508681/prama-grand-preanger-bandung-lakukan-rebranding-usaha
www.tripadvisor.com