What's in this blog

I don't tell you a lot about theories, you can Google them easily. I tell you about my opinion, which can affect your opinion and open your mind about marketing and branding.

Kamis, 26 Februari 2015

Kampung Gajah. Beneran banyak Gajah?

Hari Minggu tanggal 22 Februari saya bela-belain berkunjung ke Kampung Gajah untuk pertama kalinya. Padahal saya orang Bandung, tetapi tidak ada ketertarikan untuk mengunjungi Kampung Gajah setelah mendengar review teman-teman. Katanya sih, tempatnya cocok buat anak kecil. Tapi setelah melihat spanduk besar yang berisi promo show Sun Go Kong dan Avatar di Kampung Gajah (dua serial TV favorit saya), saya pun datang dipenuhi rasa penasaran.

Karena masih suasana Imlek, ekspektasi saya adalah show-show kungfu atau wushu gitu yang keren-keren dan banyak jumpalitan. Ternyata, yang Avatar panggungnya kecil, dekor seadanya, dan penontonnya anak balita-SD. Ya, itu mah kaya guru TK pake kostum Avatar terus mengajak anak-anak untuk berpetualang. Zonk. Saya langsung pergi cari makan (lagi).

Lalu saya pergi ke tempat show Sun Go Kong. Wah yang ini sepertinya lumayan, panggungnya agak besar, letaknya di atas kolam pantai (kolam besar yang ada ombaknya menyerupai pantai). Ada pemadam kebakaran di backstage, ada banyak tiang-tiang di stage. Sepertinya menarik dan menantang. Saya pun rela panas-panasan menunggu show dimulai.



Show dimulai. Penonton semakin padat, banyak ibu-ibu membawa payung dan menghalangi pandangan. Lagu diputar. Yaelah, ini mah drama musikal. Iya, persis kayak drama musikal, tapi tidak dramatis, tidak memakai teknik vokal yang baik, musik dan koreo terlihat kurang persiapan, pokoknya kurang euy! Udah. Saya kecewa. Saya langsung pulang deh setelah itu.

Tunggu dulu, mana part "gajah" nya? Bukankah saya mau cerita tentang Kampung Gajah?

Saya tidak menemukan banyak gajah di tempat ini. Gajah hanya ada di jalan sebelum pintu masuk. Banyak sekali patung gajah bagus berjejer. Lalu ada gajah sebagai logo tempat, dan ada kendaraan gajah-gajahan. Sisanya, no gajah.

Setelah saya baca-baca di internet, nama Kampung Gajah berasal dari developer lahan sebslumnya yang juga menggunakan nama berunsur gajah, sehingga diteruskan menjadi Kampung Gajah. Sumber lain mengatakan bahwa nama Kampung Gajah berasal dari lahannya yang sangat-sangat luas, mungkin untuk ukuran gajah saja, lahan itu dapat dijadikan kampung, maka disebut Kampung Gajah. Apapun itu asal muasal nama Kampung Gajah, nama ini bisa saya bilang sama sekali tidak merepresentasikan apa yang ada di dalam Kampung Gajah. Isi Kampung Gajah sangat jauh dari ekspektasi saya.

Saya rasa pemilik Kampung Gajah ingin membuat Kampung Gajah seperti semacam theme park, dimana ada macam-macam wahana dan ada show-show pada jam-jam tertentu. Nyatanya, memang ada wahana dan show tapi semua terasa low quality, dan beberapa wahana dan show terasa "anak-anak banget". Ada juga spot-spot yang mungkin rencana awalnya dijadikan photo spot, tapi tempat-tempat itu tidak dirawat dan malah sekarang terkesan kumuh. 


Jika memang target market Kampung Gajah adalah keluarga yang memiliki anak-anak terutama anak kecil, hal ini kurang ditonjolkan Kampung Gajah. Jika memang target market Kampung Gajah adalah untuk semua usia, saya dan teman-teman seusia saya kurang menikmati Kampung Gajah. Seperti tidak ada positioning yang clear, perusahaan ini mau dinilai seperti apa, tempat makan yang nyamankah, theme park yang menyenangkankah? 

Soal nama, kalau memang mau memberi kesan yang kuat pada nama "gajah" saya rasa akan memberikan positioning yang lebih jelas pada Kampung Gajah. Misalnya dekorasi gajah diperbanyak. Wahana dibentuk menyerupai gajah atau ada ornamen gajah.  Buat souvenir khusus ikon gajah-nya Kampung Gajah. Buat maskot Kampung Gajah yang jalan-jalan keliling Kampung Gajah. 

Atau mungkin Kampung Gajah ingin dipositioningkan sebagai one stop entertainment service di Bandung?  Karena mulai nasi timbel hingga factory outlet ada semua disini. Tapi kenapa namanya Kampung Gajah coba? Tidak ada tematik "Bandung" nya kalau memang positioningnya seperti itu. Toko souvenir juga dapat ditemukan di beberapa tempat, tetapi hampir tidak ada juga yang menjual souvenir khas Bandung, malah menjual sandal dan benda-benda lain yang tidak relevan.






Rasanya Kampung Gajah juga kurang dirawat. Banyak stand makanan yang sudah sepi dan bobrok kelihatannya. Jalan-jalan ada yang retak semennya namun tidak diperbaiki. Tempat-tempat foto yang pada awal buka masih lucu, sekarang sudah kumuh. 




Saya tidak ada maksud menjelekkan ya, saya hanya mengungkapkan apa yang kira-kira bisa diperbaiki dari sisi branding dan positioningnya. Takutnya ada pihak Kampung Gajah yang baca lalu feel offended, nih dikasih Minion Panjang dulu :)



Minggu, 22 Februari 2015

Pizza Hut

Sebelumnya saya ingin minta maaf dulu kepada para pembaca karena saya terus-terusan membahas makanan, dan mungkin ngabibita pembaca. Habis, brand-brand makanan cenderung lebih menarik daripada brand lain sih (mungkin karena saya sambil research dan ngeliatin foto-foto makanannya).


Sekarang saya ingin membahas tentang Pizza Hut dan brand positioning yang ingin dibangun. Menurut saya, positioning Pizza Hut adalah penyedia pizza bagi orang-orang yang makan bersama. Maksudnya, Pizza Hut bukan tipe tempat yang enak untuk nongkrong sendirian. Makanannya pun bukan tipe makanan yang dinikmati sendirian.

Arti dari brand positioning sesungguhnya bisa anda lihat sendiri di internet atau di text book. Brand positioning, bahasa sederhananya adalah, apa yang anda inginkan tertanam di benak konsumen mengenai brand anda.

Kenapa saya bisa menyimpulkan brand positioning Pizza Hut seperti demikian? Hal ini dapat terlihat dari beberapa aspek :

1. Iklan
Perhatikan iklan-iklan yang ditayangkan Pizza Hut. Pasti menayangkan suasana keluarga sedang makan bersama di restoran Pizza Hut atau teman-teman kantor yang sedang berkumpul. Ada juga yang menampilkan dua orang, entah pasangan, entah teman. Saya sih tidak pernah menemukan iklan Pizza Hut yang hanya dibintangi satu pemain iklan saja.

2. Promo
Promo yang diberikan oleh Pizza Hut juga biasanya untuk paket-paket makanan, dimana konsumennya harus banyak. Pizza Hut memberikan banyak pilihan paket yang berubah-ubah setiap jangka waktu tertentu, konten dari paket pun diubah agar konsumen dapat merasakan produk-produk baru. Selain promo dalam bentuk paket, Pizza Hut juga memberikan diskon terhadap produk tertentu di hari tertentu.
Ini adalah contoh iklan promo paket dan diskon :

https://www.youtube.com/watch?v=s7xlxDDV5Ac (Iklan Paket Hemat Banget)
https://www.youtube.com/watch?v=n6U0Q_5aOk4 (Iklan Big Box)
https://www.youtube.com/watch?v=skWQ7TWSyCA (Iklan Sensasi Delight)

3. Tagline
Coba baca tagline ini "Berbagi bersama di Pizza Hut!"
Apakah Anda membacanya sambil bernanyi di dalam hati? Mungkin ada yang iya, ada yang tidak, tapi saya yakin kebanyakan pembaca pasti hafal dengan jingle Pizza Hut yang satu ini karena jingle ini terus-menerus dikumandangkan di akhir iklan Pizza Hut di televisi. Tagline Pizza Hut mengajak konsumen untuk makan bersama-sama di Pizza Hut. Tagline ini menekankan bahwa makan yang menyenangkan adalah bersama-sama, bukan sendirian.

Contoh iklan yang menggambarkan tagline ini dengan baik :
https://www.youtube.com/watch?v=NT40Ep9RIQs (Happy Melody)
https://www.youtube.com/watch?v=r_RXx_m3HZ4 (Berbagi Bersama)


Hal-hal lain yang saya sukai dari Pizza Hut, terutama iklan-iklannya, adalah ikan Pizza Hut selalu menggunakan lagu-lagu yang catchy dan menyenangkan. Beda promo, beda juga lagunya. Namun selalu diakhiri dengan "Berbagi bersama di Pizza Hut!". Iklan-iklan Pizza Hut selalu menayangkan keceriaan dan kebahagiaan bersama orang-orang terdekat. Positif sekali.

Tapi yang paling saya suka adalah cara pengambilan gambarnya yang sangat baik. Keju terlihat melted, irisan daging sapi yang jatuh pelan-pelan, minuman yang terlihat segar, eskrim ditata dengan cantik. Semua cara pengambilan makanan tersebut membuat saya ngiler seketika, terutama saat saya research untuk bikin artikel ini. Mendadak lapar rasanya.

Saya ingin share iklan Pizza Hut tahun 1996 yang menurut saya kocak :
https://www.youtube.com/watch?v=x2Qa44ZQkIE

Terakhir, saya ingin share gambar-gambar produk Pizza Hut biar bukan saya saja yang kabita :




















Jumat, 20 Februari 2015

Hoka Hoka Bento atau Hokben?

Saya paling senang kalau ikut kepanitiaan atau acara lalu dapat konsumsi Hoka-Hoka Bento. Rasanya enak sekali dan pas di lidah, kalau makan di restoran biasanya saya pesan nasi dua. Dibandingkan dengan restoran fast foof makanan jepang lain, menurut saya Hoka-Hoka Bento. mempunyai rasa yang paling enak.

Hoka-Hoka Bento didirikan di Jakarta pada 18 April 1985. Meskipun mempunyai nama Jepang, semua produk dan ornamennya berbau Jepang, dan menggunakan bahasa Jepang pada berbagai promosi, namun Hoka-Hoka Bento bukanlah waralaba yang berasal dari Jepang. Hoka-Hoka Bento murni buatan Indonesia, koki pun berasal dari Indonesia. Mungkin karena ini, rasa Hoka-Hoka Bento sangat pas di lidah kebanyakan orang Indonesia.
Gerai Hoka-Hoka Bento pertama

Pada bulan Oktober 2013, Hoka-Hoka Bento melakukan rebranding dalam banyak aspek. Beberapa aspek yang saya amati antara lain :

1. Nama 
Brand Hoka-Hoka Bento yang terpampang di atas pintu masuk restoran, diubah menjadi HokBen. Hal ini mungkin karena dari pihak HokBen sendiri sudah survey dan nama HokBen memang lebih sering dan mudah diucapkan oleh konsumen, maka dari pihak perusahaan memutuskan untuk benar-benar mengganti nama Hoka-Hoka Bento menjadi HokBen



2. Design
Design packaging menjadi terkesan modern, termasuk packaging untuk delivery. Dua ikon yang ada di dalam logo HokBen, yaitu Taro dan Hanako juga terlihat lebih sering muncul di peralatan, seperti di wadah sumpit, tampat minum, dan lain-lain.

3. Interior Design
Restoran dibuat lebih terang dengan strategi pencahayaan yang baru. Beberapa furniture juga diganti menjadi lebih modern. Dekorasi juga menyesuaikan, ada perubahan design dalam dekorasi dan dalam tampilan menu.





4. Jargon
Dulu kita hafal dengan jargon "Ada aja alasan ke Hoka-Hoka Bento". Sekarang HokBen menggunakan jargon "We Make It Better" atau "Bento Made Better". Nada dari jingle pun diubah.



5. Harga
Semua usaha rebranding di atas tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Perubahan harga yang sangat signifikan saya rasakan dalam harga Paket Hemat, paket favorit saya semasa SMA (karena paling murah, sesuai dengan namanya). Dulu sekitar saya masih SMP/SMA, yaitu sekitar tahun 2008-2009, harga Paket Hemat masih Rp.10.000 belum termasuk pajak. Sekarang harganya sudah Rp.19.500 sudah termasuk pajak. Fantastis, peningkatan harga hampir mencapai 100%. Yah, walaupun peningkatan dilakukan bertahap, tidak dilakukan sekaligus sebesar Rp. 9.500, tetapi saya akan terus membandingkan harga Paket Hemat yang sekarang dengan yang Rp.10.000. Rasanya esensi "hemat"-nya hilang, gitu.

Paket Hemat

Belum semua outlet HokBen sudah direbranding secara total. Masih ditemukan juga beberapa outlet yang tertulis "Hoka-Hoka Bento" di bagian depan restoran. Beberapa bulan setelah melakukan rebranding, penjualan perusahaan naik sekitar 20%. Namun, menurut saya masih ada hal-hal yang seharusnya bisa diperbaiki oleh pihak HokBen, seperti saat memesan menu beef teriyaki, beef-nya hanya segelintir, bawang bombay-nya penuh. 

Ya, semoga dengan rebranding ini HokBen juga dapat meningkatkan kualitas produk sehingga konsumen selalu puas.

Referensi :
www.hokben.co.id
www.landor.com

Selasa, 17 Februari 2015

Bubur Capitol Bandung

Kali ini saya akan membahas mengenai Bubur Capitol di Bandung. Ada yang tahu? Sebenarnya bubur ini cukup terkenal di angkatan orang tua saya. Karena dari kecil saya sering diajak ke sana sepulang dari gereja, sekarang Bubur Capitol menjadi bubur yang paling terkenal bagi saya.

Bubur Capitol terletak di jalan Kasmin, jalan Jenderal Sudirman (gang Kasmin ada di belokan ke kiri di jalan Jenderal Sudirman). Dinamakan Bubur Capitol karena dulu berjualannya di dekat bioskop di jalan Capitol. Ada juga yang menyebutnya Bubur Kasmin sekarang, karena sudah pindah tempat jualan.



Buburnya agak encer, tetapi saya suka. Saya memang tidak terlalu suka bubur yang kental seperti nasi di-benyek-benyek. Rasa buburnya gurih, dan salah satu hal yang istimewa dari Bubur Capitol adalah kerupuknya yang enak sekali dan boleh nambah sepuasnya. Beberapa situs juga memasukkan Bubur Capitol ke dalam top ten bubur di Bandung. 

Tapi tahukan anda, ternyata nama yang tertera di gerobaknya bukan Bubur Capitol maupun Bubur Kasmin, melainkan Bubur Ayam Parahiangan. Ya, ternyata itulah brand sebenarnya. Tapi, masyarakat tidak akan ngeh kalau ditanya "Bubur Ayam Parahiangan di sebelah mana ya?". Bubur ini sudah terlanjur dikenal luas dengan brand Bubur Capitol.



Melihat pamor Bubur Capitol, saya merasa banyak hal yang bisa dikembangkan dari gerobak bubur pinggir jalan ini. Saya memiliki ide untuk me-rebranding Bubur Capitol. Rebranding sendiri bukan hanya mengganti nama atau logo, tapi juga melakukan perubahan di faktor internal perusahaan. Ada beberapa ide yang terpikir oleh saya.

Pertama, perluas area.
Tempatnya berada di trotoar, which is sempit (karena hanya sebesar trotoar). Pemilik pun tidak menyediakan terlalu banyak bangku, padahal antrian selalu terjadi terutama di minggu pagi. Jika pemilik bersedia menyediakan bangku lebih, mungkin akan lebih nyaman bagi konsumen. Aliran kedatangan konsumen juga pasti lebih deras.

Kedua, takeaway. 
Jika antrian penuh dan konsumen tidak bersedia menunggu, konsumen dapat membawa pulang bubur. Bukan berarti sekarang pemilik tidak menyediakan jasa takeaway, tapi saya menyarankan takeaway dengan bungkusan yang berbeda. Bukan di dalam plastik lalu diikat seperti biasa, tapi menggunakan plastik yang tebal yang berbentuk mangkok dan ada tutupnya, jadi enak, sudah bisa per porsi dan sudah bisa langsung dimakan.

Ketiga, perubahan nama.
Brand Bubur Ayam Parahiangan kalah beken dibandingkan Bubur Capitol yang sudah melegenda. Sebaiknya ganti saja sama sekali, mulai dari nama di gerobak diganti menjadi Bubur Capitol. Kalau bisa pasang spanduk juga agar lebih jelas dan eye-catching terutama bagi konsumen yang belum pernah kesana sebelumnya.

Saya masih ingin mempertahankan kesan bubur pinggir jalan kepada Bubur Capitol ini, karena jika rebranding hingga menjadi rumah makan dan membuka cabang saya khawatir esensi "bubur murah pinggir jalan" itu akan hilang, dan brand association yang dimiliki konsumen akan berubah pula.



Minggu, 08 Februari 2015

Brand Equity (3) - Kunci Sukses Perusahaan

Beberapa hal dan cerita mengenai brand equity telah saya sampaikan dalam post-post sebelumnya. Brand Equity sebenarnya dapat menjadi faktor kunci sukses perusahaan yang utama. Hal ini dapat dicapai tentunya  jika ke-4 dimensi brand equity telah didapatkan/ dipenuhi perusahaan. Sebenarnya apa sih keuntungannya jika perusahaan kita sudah mempunyai brand equity?

1. Penjualan
Sudah pasti jika brand kita berada di top of mind konsumen, dan mempunyai konsumen loyal, penjualan akan terus terjadi. Konsumen yang loyal akan terus membeli produk kita, bahkan menjadi brand advocates untuk produk kita. Perusahaan-perusahaan yang mempunyai brand equity tidak perlu khawatir mengenai sales, tapi bukan berarti perusahaan bisa leha-leha. Perusahaan harus tetap me-mantain faktor-faktor dari 4 dimensi brand equity yang telah dicapai.

2. Dapat menjual produk premium
Kenapa konsumen mau membayar Rp. 50.000 untuk segelas kopi di Starbucks tetapi gengsi untuk membeli kopi di warung yang harganya Rp.3000? Kenapa konsumen lebih memilih sepatu Nike (yang padahal buatan Indonesia) yang dijual di counter seharga Rp. 800.000 dibandingkan sepatu olahraga lokal merek Eagle yang jahitannya sama-sama rapi?
Konsumen rela mengorbankan lebih banyak uang demi mendapatkan brand-brand yang dinilai "bagus" atau bahkan "paling bagus". Semua ini karena brand. Semua ini karena brand equity yang dimiliki perusahaan.

3. Less budget for promotion
Jika 4 dimensi telah dicapai, perusahaan minimal hanya perlu mempertahankannya. Tidak perlu terlalu banyak promosi untuk brand awareness, sudah top of mind kok. Konsumen akan datang pada kita saat ia butuh produk dalam kategori yang kita jalani.

4. Ekspansi lebih mudah
Saat perusahaan membuka cabang, value dari brand tentu saja dibawa ke cabang-cabang tersebut. Mulai dari interior, rasa, kualitas produk, dan seluruh marketing mix produk harus konsisten dan memiliki standard, sehingga cabang-cabang ini identik dengan pusatnya. Perusahaan tidak perlu membangun awareness dan trust konsumen dari awal lagi karena semua sudah melekat pada brand perusahaan. Mendapatkan konsumen menjadi lebih mudah.



Maka, mempunyai konsumen yang loyal saja tidak cukup. Penuhilah 4 dimensi tersebut agar perusahaan memiliki brand equity. Membangun brand equity tentu saja tidak mudah dan takes time. Lots of times. Saya pernah baca di suatu blog bahwa brand equity dianggap sebagai aset terpenting yang dimiliki perusahaan. Jadi jangan menyerah sampai Anda mencapai brand equity untuk perusahaan anda!

Referensi :
www.aytm.com
www.prophet.com

Sabtu, 07 Februari 2015

Brand Equity (2) - Coca Cola

Masih melanjutkan pembicaraan kita di entri sebelumnya mengenai brand equity, saya ingin bercerita tentang Coca Cola.



Coca Cola adalah brand nomor satu untuk minuman berkarbonasi. Padahal dibandingkan dengan Pepsi dan Fanta yang mempunyai banyak rasa, Coca Cola tidak mempunyai varian rasa. Hanya ada Coca Cola reguler dan Coca Cola Zero (Diet Coke).

Membandingkan Coca Cola dengan Pepsi itu seperti membandingkan Aqua dengan Vit. Keduanya mempunyai rasa yang serupa, tetapi yang satu bisa dibilang menjadi produk substitusi bagi yang lain. Misalnya saat kita ingin membeli minuman berkarbonasi, pilihan pertama jatuh pada Coca Cola, tetapi saat Coca Cola tidak ada, baru kita membeli Pepsi. Padahal setelah dirasa-rasa, beberapa orang mengatakan Pepsi mempunyai rasa yang lebih enak dibandingkan Coca Cola.

Pernah suatu ketika di tahun 1985, Roberto C. Goizueta selaku CEO Coca Cola saat itu ingin menciptakan rasa baru yang lebih enak untuk Coca Cola. Formula rasa baru itu akan menggantikan formula lama yang sudah dipakai lebih dari 100 tahun. Rasa ini bahkan dinilai lebih enak dari Pepsi.

Ternyata konsumen tidak menyukainya. Penjualan pada awalnya cukup baik, tapi lalu menurun drastis dan tanggapan negatif konsumen mengalir deras. Konsumen sudah sangat terikat dengan rasa Coca Cola yang lama, dan dengan mengubah rasa, berarti mengubah identitas Coca Cola di benak konsumen.

Konsumen mempunyai kenangan dan koneksi yang erat dengan brand Coca Cola, dan ini berarti koneksi yang erat dengan produknya, termasuk rasa Coca Cola. Brand association Coca Cola selalu mengenai kegembiraan, semangat, dan hidup yang menyenangkan. Mengganti rasa bisa saja membuat brand association Coca Cola ikut berubah.

Brand association adalah satu dari 4 dimensi brand equity. Sebenarnya ada banyak faktor yang mempengaruhi brand equity, tetapi ada 4 yang paling besar pengaruhnya, 4 dimensi tersebut adalah :

1. Brand Loyalty
Kesetiaan konsumen dalam mengkonsumsi suatu merek

2. Brand Awareness
Kesanggupan konsumen untuk mengingat atau mengetahui suatu brand di dalam kategori produk tertentu. Brand awareness dibagi lagi menjadi 4 tingkatan :

- Unaware of brand (tidal tahu mengenai suatu brand/ no brand)
- Brand recognition (konsumen mengetahui suatu brand. Ini penting untuk pengambilan keputusan pembelian konsumen)
- Brand recall (saat kita menyebutkan suatu kategori produk, brand disini muncul setelah kita pancing lagi)
- Top of mind (brand ini muncul pertama kali saat diminta menyebutkan merek dalam suatu category produk)


3. Brand Associations
Berkaitan dengan ingatan atau kesan yang dibentuk dari sebuah produk

4. Perceived Quality
Persepsi konsumen terhadap kualitas atau kekuatan suatu produk




referensi :
"100 Kisah Klasik Pemasaran" oleh Jacky Mussry, Waizly Darwin, dan Edwin Hardi
www.blurgrup.com

Brand Equity (1) - Dr. Martens

Bayangkan Anda pergi ke sebuah toko sepatu. Ada dua pasang sepatu yang letaknya bersebelahan. Kedua pasang sepatu mempunyai warna yang sama, model yang sama, dan bahan yang terlihat sama. 

Setelah dilihat-lihat ternyata di sepatu yang satu tercantum merek Dr. Martens (Docmart), sedangkan sepatu yang lain tidak ada mereknya atau mempunyai merek yang tidak dikenal, atau mempunyai merek yang mirip Dr. Martens padahal bukan Dr. Martens. Pasti kebanyakan orang langsung mengambil kesimpulan bahwa sepatu yang tercantum merek Dr. Martens itu adalah yang asli dan sepatu yang satunya adalah yang palsu. Padahal sama persis loh! Yakin yang satu lagi tidak asli? Atau jangan-jangan keduanya tidak asli?

Tiba waktunya untuk menentukan pilihan mana yang akan dibeli. Sepatu bermerek Dr. Martens harganya Rp. 1000.000. Sepatu satunya lagi Rp. 600.000. Mana yang akan Anda pilih? Tulisan merek Dr. Martens itu kecil loh, cuma secuil embos di samping dan orang tidak akan memperhatikan kecuali mereka melihat dari jarak dekat. Anda beli yang satunya lagi juga orang tidak akan menyadari bahwa itu mereknya bukan Dr. Martens. Yaa tapi for the sake of fashion, Anda beli yang ada merek Dr. Martens-nya deh. Padahal beda Rp. 400.000 loh.


Dr. Martens adalah satu dari sekian banyak contoh brand yang memiliki brand equity. Bisa dibilang Dr. Martens adalah salah satu leading brand dari fashion boots masa kini. Perusahaan ini tidak hanya menjual produk sepatu boots saja, tetapi juga baju, dan fashion goods lain. 

Jika suatu brand sudah mempunyai brand equity, maka brand tersebut sudah punya customer yang loyal, dan menjadi top of mind dalam pikiran banyak konsumen. Misalnya saat kita menyebutkan air minum dalam kemasan, top of mind orang Indonesia pasti jatuh para Aqua. 

Pengertian brand equity menurut Aaker dalam bukunya yang berjudul Managing Brand Equity yang diterbitkan tahun 1991 masih dapat digunakan untuk tahun 2015. Aaker mengatakan bahwa brand equity adalah set of brand assets and liabilities, linked to a brand name and symbol, which add to or subtract from the value provided by a product or service. 

Dari pengertian Aaker tersebut, dapat dilihat bahwa merek dan simbol (logo) merupakan hal-hal yang sangat penting, karena hal-hal tersebutlah yang diingat konsumen pertama kali dan mencerminkan value dari produk suatu perusahaan.

Referensi :
www.blurgrup.com
www.prophet.com




Minggu, 01 Februari 2015

Dibalik Brand Häagen-Dazs

Anda pasti pernah mendengar merek es krim Häagen-Dazs? Apa hal pertama yang terlintas dalam pikiran anda saat mendengar nama Häagen-Dazs? Kalau saya sih, (1) es krim berkualitas tinggi dengan (2) harga mahal yang (3) perusahaannya berasal dari Belanda atau Norwegia.

Yap, poin nomor 1 memang betul, eskrim Häagen-Dazs memang berkualitas tinggi, bahkan Reuben Mattus, founder brand ini, ingin menciptakan brand es krim dengan kualitas terbaik di dunia. Sejak pertama Häagen-Dazs didirikan, mereka sudah menggunakan bahan-bahan berkualitas sangat baik, seperti dark chocolate dari Belgia dan biji vanilla dari Madagascar.
Saya baru tahu loh, Häagen-Dazs ada rasa green tea! yummm *drooling*



Tidak heran kalau faktor-faktor tersebut membuat harga Häagen-Dazs cukup mahal. Hal ini memenuhi poin saya yang nomor 2. Harga 1 scoop es krim mencapai sekitar Rp. 30.000. Outlet Häagen-Dazs juga dibuat dengan suasana yang eksklusif dan terkesan bersih. Outlet Häagen-Dazs di Indonesia biasanya dijumpai di mall-mall. 




Lalu bagaimana dengan poin ke 3? Apakah Häagen-Dazs berasal dari Belanda atau Norwegia? Nah, yang ini saya salah. Häagen-Dazs adalah perusahaan es krim yang berasal dari New York, Amerika! Dan ternyata brand Häagen-Dazs bahkan tidak berasal dari bahasa negara apapun. Pada kenyataannya, brand Häagen-Dazs tidak memiliki suatu arti. Reuben hanya mengarang nama ini. Ia menciptakan kombinasi huruf dan kata yang ia sukai, lalu terciptalah brand Häagen-Dazs. Brand ini merupakan hasil kreativitas sang founder.

Brand Häagen-Dazs sangat mudah diingat dan terkesan keren, profesional, dan mahal. Biasanya brand diciptakan dengan mengandung harapan terhadap perusahaan seperti Makmur Jaya, Sukses, dan lain-lain. Banyak juga brand yang merupakan singkatan dari beberapa kata, misalnya BCA. Meskipun tidak disingkat, biasanya brand memiliki arti, misalnya iPhone (phone artinya sudah jelas). Tapi ini, Häagen-Dazs. Saya kagum, kok bisa kepikiran ya?

Dari sini saya belajar bahwa brand tidak harus memiliki nilai filosofis yang dalam atau terdiri dari kata-kata yang sulit. Yang penting, mudah diucapkan, mudah diingat, dan mengandung kesan positif. Tentu kekuatan ini saja tidak cukup. Brand harus mempunyai word-of-mouth yang baik dan mendirikan citra yang baik pula. Jika hal ini telah dimiliki, brand akan berkembang secara berkelanjutan.