What's in this blog

I don't tell you a lot about theories, you can Google them easily. I tell you about my opinion, which can affect your opinion and open your mind about marketing and branding.

Selasa, 17 Februari 2015

Bubur Capitol Bandung

Kali ini saya akan membahas mengenai Bubur Capitol di Bandung. Ada yang tahu? Sebenarnya bubur ini cukup terkenal di angkatan orang tua saya. Karena dari kecil saya sering diajak ke sana sepulang dari gereja, sekarang Bubur Capitol menjadi bubur yang paling terkenal bagi saya.

Bubur Capitol terletak di jalan Kasmin, jalan Jenderal Sudirman (gang Kasmin ada di belokan ke kiri di jalan Jenderal Sudirman). Dinamakan Bubur Capitol karena dulu berjualannya di dekat bioskop di jalan Capitol. Ada juga yang menyebutnya Bubur Kasmin sekarang, karena sudah pindah tempat jualan.



Buburnya agak encer, tetapi saya suka. Saya memang tidak terlalu suka bubur yang kental seperti nasi di-benyek-benyek. Rasa buburnya gurih, dan salah satu hal yang istimewa dari Bubur Capitol adalah kerupuknya yang enak sekali dan boleh nambah sepuasnya. Beberapa situs juga memasukkan Bubur Capitol ke dalam top ten bubur di Bandung. 

Tapi tahukan anda, ternyata nama yang tertera di gerobaknya bukan Bubur Capitol maupun Bubur Kasmin, melainkan Bubur Ayam Parahiangan. Ya, ternyata itulah brand sebenarnya. Tapi, masyarakat tidak akan ngeh kalau ditanya "Bubur Ayam Parahiangan di sebelah mana ya?". Bubur ini sudah terlanjur dikenal luas dengan brand Bubur Capitol.



Melihat pamor Bubur Capitol, saya merasa banyak hal yang bisa dikembangkan dari gerobak bubur pinggir jalan ini. Saya memiliki ide untuk me-rebranding Bubur Capitol. Rebranding sendiri bukan hanya mengganti nama atau logo, tapi juga melakukan perubahan di faktor internal perusahaan. Ada beberapa ide yang terpikir oleh saya.

Pertama, perluas area.
Tempatnya berada di trotoar, which is sempit (karena hanya sebesar trotoar). Pemilik pun tidak menyediakan terlalu banyak bangku, padahal antrian selalu terjadi terutama di minggu pagi. Jika pemilik bersedia menyediakan bangku lebih, mungkin akan lebih nyaman bagi konsumen. Aliran kedatangan konsumen juga pasti lebih deras.

Kedua, takeaway. 
Jika antrian penuh dan konsumen tidak bersedia menunggu, konsumen dapat membawa pulang bubur. Bukan berarti sekarang pemilik tidak menyediakan jasa takeaway, tapi saya menyarankan takeaway dengan bungkusan yang berbeda. Bukan di dalam plastik lalu diikat seperti biasa, tapi menggunakan plastik yang tebal yang berbentuk mangkok dan ada tutupnya, jadi enak, sudah bisa per porsi dan sudah bisa langsung dimakan.

Ketiga, perubahan nama.
Brand Bubur Ayam Parahiangan kalah beken dibandingkan Bubur Capitol yang sudah melegenda. Sebaiknya ganti saja sama sekali, mulai dari nama di gerobak diganti menjadi Bubur Capitol. Kalau bisa pasang spanduk juga agar lebih jelas dan eye-catching terutama bagi konsumen yang belum pernah kesana sebelumnya.

Saya masih ingin mempertahankan kesan bubur pinggir jalan kepada Bubur Capitol ini, karena jika rebranding hingga menjadi rumah makan dan membuka cabang saya khawatir esensi "bubur murah pinggir jalan" itu akan hilang, dan brand association yang dimiliki konsumen akan berubah pula.



1 komentar: