What's in this blog

I don't tell you a lot about theories, you can Google them easily. I tell you about my opinion, which can affect your opinion and open your mind about marketing and branding.

Minggu, 01 Februari 2015

Dibalik Brand Häagen-Dazs

Anda pasti pernah mendengar merek es krim Häagen-Dazs? Apa hal pertama yang terlintas dalam pikiran anda saat mendengar nama Häagen-Dazs? Kalau saya sih, (1) es krim berkualitas tinggi dengan (2) harga mahal yang (3) perusahaannya berasal dari Belanda atau Norwegia.

Yap, poin nomor 1 memang betul, eskrim Häagen-Dazs memang berkualitas tinggi, bahkan Reuben Mattus, founder brand ini, ingin menciptakan brand es krim dengan kualitas terbaik di dunia. Sejak pertama Häagen-Dazs didirikan, mereka sudah menggunakan bahan-bahan berkualitas sangat baik, seperti dark chocolate dari Belgia dan biji vanilla dari Madagascar.
Saya baru tahu loh, Häagen-Dazs ada rasa green tea! yummm *drooling*



Tidak heran kalau faktor-faktor tersebut membuat harga Häagen-Dazs cukup mahal. Hal ini memenuhi poin saya yang nomor 2. Harga 1 scoop es krim mencapai sekitar Rp. 30.000. Outlet Häagen-Dazs juga dibuat dengan suasana yang eksklusif dan terkesan bersih. Outlet Häagen-Dazs di Indonesia biasanya dijumpai di mall-mall. 




Lalu bagaimana dengan poin ke 3? Apakah Häagen-Dazs berasal dari Belanda atau Norwegia? Nah, yang ini saya salah. Häagen-Dazs adalah perusahaan es krim yang berasal dari New York, Amerika! Dan ternyata brand Häagen-Dazs bahkan tidak berasal dari bahasa negara apapun. Pada kenyataannya, brand Häagen-Dazs tidak memiliki suatu arti. Reuben hanya mengarang nama ini. Ia menciptakan kombinasi huruf dan kata yang ia sukai, lalu terciptalah brand Häagen-Dazs. Brand ini merupakan hasil kreativitas sang founder.

Brand Häagen-Dazs sangat mudah diingat dan terkesan keren, profesional, dan mahal. Biasanya brand diciptakan dengan mengandung harapan terhadap perusahaan seperti Makmur Jaya, Sukses, dan lain-lain. Banyak juga brand yang merupakan singkatan dari beberapa kata, misalnya BCA. Meskipun tidak disingkat, biasanya brand memiliki arti, misalnya iPhone (phone artinya sudah jelas). Tapi ini, Häagen-Dazs. Saya kagum, kok bisa kepikiran ya?

Dari sini saya belajar bahwa brand tidak harus memiliki nilai filosofis yang dalam atau terdiri dari kata-kata yang sulit. Yang penting, mudah diucapkan, mudah diingat, dan mengandung kesan positif. Tentu kekuatan ini saja tidak cukup. Brand harus mempunyai word-of-mouth yang baik dan mendirikan citra yang baik pula. Jika hal ini telah dimiliki, brand akan berkembang secara berkelanjutan.







1 komentar: