Karena masih suasana Imlek, ekspektasi saya adalah show-show kungfu atau wushu gitu yang keren-keren dan banyak jumpalitan. Ternyata, yang Avatar panggungnya kecil, dekor seadanya, dan penontonnya anak balita-SD. Ya, itu mah kaya guru TK pake kostum Avatar terus mengajak anak-anak untuk berpetualang. Zonk. Saya langsung pergi cari makan (lagi).
Lalu saya pergi ke tempat show Sun Go Kong. Wah yang ini sepertinya lumayan, panggungnya agak besar, letaknya di atas kolam pantai (kolam besar yang ada ombaknya menyerupai pantai). Ada pemadam kebakaran di backstage, ada banyak tiang-tiang di stage. Sepertinya menarik dan menantang. Saya pun rela panas-panasan menunggu show dimulai.
Show dimulai. Penonton semakin padat, banyak ibu-ibu membawa payung dan menghalangi pandangan. Lagu diputar. Yaelah, ini mah drama musikal. Iya, persis kayak drama musikal, tapi tidak dramatis, tidak memakai teknik vokal yang baik, musik dan koreo terlihat kurang persiapan, pokoknya kurang euy! Udah. Saya kecewa. Saya langsung pulang deh setelah itu.
Tunggu dulu, mana part "gajah" nya? Bukankah saya mau cerita tentang Kampung Gajah?
Saya tidak menemukan banyak gajah di tempat ini. Gajah hanya ada di jalan sebelum pintu masuk. Banyak sekali patung gajah bagus berjejer. Lalu ada gajah sebagai logo tempat, dan ada kendaraan gajah-gajahan. Sisanya, no gajah.
Setelah saya baca-baca di internet, nama Kampung Gajah berasal dari developer lahan sebslumnya yang juga menggunakan nama berunsur gajah, sehingga diteruskan menjadi Kampung Gajah. Sumber lain mengatakan bahwa nama Kampung Gajah berasal dari lahannya yang sangat-sangat luas, mungkin untuk ukuran gajah saja, lahan itu dapat dijadikan kampung, maka disebut Kampung Gajah. Apapun itu asal muasal nama Kampung Gajah, nama ini bisa saya bilang sama sekali tidak merepresentasikan apa yang ada di dalam Kampung Gajah. Isi Kampung Gajah sangat jauh dari ekspektasi saya.
Saya rasa pemilik Kampung Gajah ingin membuat Kampung Gajah seperti semacam theme park, dimana ada macam-macam wahana dan ada show-show pada jam-jam tertentu. Nyatanya, memang ada wahana dan show tapi semua terasa low quality, dan beberapa wahana dan show terasa "anak-anak banget". Ada juga spot-spot yang mungkin rencana awalnya dijadikan photo spot, tapi tempat-tempat itu tidak dirawat dan malah sekarang terkesan kumuh.
Jika memang target market Kampung Gajah adalah keluarga yang memiliki anak-anak terutama anak kecil, hal ini kurang ditonjolkan Kampung Gajah. Jika memang target market Kampung Gajah adalah untuk semua usia, saya dan teman-teman seusia saya kurang menikmati Kampung Gajah. Seperti tidak ada positioning yang clear, perusahaan ini mau dinilai seperti apa, tempat makan yang nyamankah, theme park yang menyenangkankah?
Soal nama, kalau memang mau memberi kesan yang kuat pada nama "gajah" saya rasa akan memberikan positioning yang lebih jelas pada Kampung Gajah. Misalnya dekorasi gajah diperbanyak. Wahana dibentuk menyerupai gajah atau ada ornamen gajah. Buat souvenir khusus ikon gajah-nya Kampung Gajah. Buat maskot Kampung Gajah yang jalan-jalan keliling Kampung Gajah.
Atau mungkin Kampung Gajah ingin dipositioningkan sebagai one stop entertainment service di Bandung? Karena mulai nasi timbel hingga factory outlet ada semua disini. Tapi kenapa namanya Kampung Gajah coba? Tidak ada tematik "Bandung" nya kalau memang positioningnya seperti itu. Toko souvenir juga dapat ditemukan di beberapa tempat, tetapi hampir tidak ada juga yang menjual souvenir khas Bandung, malah menjual sandal dan benda-benda lain yang tidak relevan.
Rasanya Kampung Gajah juga kurang dirawat. Banyak stand makanan yang sudah sepi dan bobrok kelihatannya. Jalan-jalan ada yang retak semennya namun tidak diperbaiki. Tempat-tempat foto yang pada awal buka masih lucu, sekarang sudah kumuh.
Saya tidak ada maksud menjelekkan ya, saya hanya mengungkapkan apa yang kira-kira bisa diperbaiki dari sisi branding dan positioningnya. Takutnya ada pihak Kampung Gajah yang baca lalu feel offended, nih dikasih Minion Panjang dulu :)
adrenalitnya emang mantap, renang dan rendam tiada tara
BalasHapus