What's in this blog

I don't tell you a lot about theories, you can Google them easily. I tell you about my opinion, which can affect your opinion and open your mind about marketing and branding.

Jumat, 13 Maret 2015

Dua Tangan Penuh

Saat saya menulis artikel ini, saya sedang berada di suatu tempat ngopi yang lagi hits sekali di Bandung. Letaknya di jalan Sukajadi. Saya langsung kepikiran untuk menulis artikel mengenai tempat ini. Mengapa? Karena tempat ini saya nilai unik, dari sisi eksterior, interior, maupun makanannya. Yak, betul, buat yang sudah menduga-duga, saya akan menulis tentang Two Hands Full.

Two Hands Full (THF) mempunyai konsep yang sedikit berbeda dengan tempat makan yang telah ada. Sekarang dimana-mana perusahaan berusaha keras memanjakan konsumen. Literally memanjakan dengan memberikan pelayanan semaksimal mungkin. Pelayan ada di setiap sudut tempat, restoran menyediakan bahan-bahan pelengkap yang diminta konsumen (saus tomat, saus sambal, tusuk gigi, dll), membuat interior senyaman mungkin dengan menyediakan sofa, membuat eksterior semenarik mungkin dengan memasang plang besar-besar. THF tidak menggunakan pemikiran itu. THF sepertinya mengadaptasi gaya coffee shop di luar negeri yang serba mandiri, simple, tetapi mengutamakan kualitas produk.

sumber : cikopi.com



Pertama kali saya berniat berkunjung ke THF, saya sempat agak bingung menemukan lokasinya. Saya sampai menggunakan aplikasi Waze. Sebenarnya lokasinya tepat di pinggir jalan besar, which should be so obvious, tapi THF tidak memasang plang apa-apa di bagian luar. Saya agak ragu, apa benar ini THF. Dari luar, tempatnya terlihat seperti gedung yang sedang dalam masa renovasi. 

Saat masuk, saya masih ragu, apakah tempat ini buka, karena setelah masuk pintu masih terlihat seperti dalam masa renovasi. Ternyata memang begitu konsep yang diusung oleh THF. Design interior bertema industrial warehouse. Tembok terbuat dari batu bata yang tidak dicover lagi dengan semen. Bagian langit-langit hanya semen, tidak dicat, tidak ditutupi apapun. Lampu-lampu sederhana bergantungan dengan cahaya kekuningan dan kabel-kabel yang kelihatan. Meski begitu, tidak ada kesan kumuh atau kotor di THF. Suasana terasa sejuk dan kebersihan selalu terjaga. Ada musik yang memberikan kesan santai, ada AC juga. Ornamen-ornamen yang digunakan malah terasa mempunyai nilai seni yang tinggi. Tidak ada sofa-sofa besar tetapi konsumen tetap merasa nyaman dan betah berlama-lama di THF. Apalagi THF menyediakan Free Wifi. Uniknya, password Wifi THF ditulis di langit-langit diatas tempat barista bekerja dan ditulis menggunakan kapur.


sumber : sharkie.cameradphoto.com 

sumber : sharkie.cameradphoto.com

sumber : myfunfoodiary.com


Di THF tidak akan ada pelayan yang mendatangi meja kita, memberikan menu, memberikan rekomendasi, dan menunggui sampai kita siap memesan. Semua dilakukan sendiri. Datang, ambil menu, pilih, pesan, bayar di kasir. Pelayan hanya ada saat mengantarkan makanan, selebih dari itu mereka berada di area tengah tempat barista dan kasir berada. Tapi bukan berarti mereka tidak mau membantu, mereka tetap ramah dan dengan senang hati membantu jika kita memanggil.



Hal yang agak sulit adalah hampir semua makanan disini contain pork sehingga tidak semua orang bisa menikmati. Ada beberapa menu yang tidak mengandung babi tetapi sangat standar, seperti toast, toast with egg, dan truffle fries. Menu yang agak "keren" tapi tidak mengandung babi adalah "Omega Lovers" yaitu smoked salmon, telur, dan roti. Terlepas dari kehalalannya, makanan disini sangat enak. Saya tidak ada pantangan dalam makan, termasuk makan babi, sehingga saya bisa makan macam-macam.



Oh ya, disini juga tidak ada nasi. Makanan yang disajikan seperti sarapan western (dengan porsinya yang banyak sekali).  THF benar-benar mengutamakan kualitas produk. Makanan disajikan dengan presentasi yang cantik, porsi besar, cara pengolahan makanan yang istimewa. Semua kopinya diproses dengan profesional, dengan nama yang profesional juga (nama-nama dimana hanya pecinta kopi yang mengerti).





Menu kopinya tidak terlalu banyak. Begitu pula dengan menu makanan dan minuman lain. Menu minuman hanya satu lembar kertas kecil, kira-kira ukuran A6. Hal yang sama ditemukan pada menu makanan.

Berbeda dengan cafe atau beberapa coffee shop yang harga produknya mahal karena menjual suasana dan tempat, harga produk di THF mahal karena memang kualitasnya tinggi. Porsi juga besar sehingga benar-benar tidak rugi untuk makan disini. Harga minuman antara Rp. 30.000 dan makanan sekitar Rp. 50.000.

Keseluruhan persepsi Marketing Mix saya terhadap tempat ini sangat positif. Yang hebatnya lagi, THF tidak melakukan pemasaran terhadap brand nya secara besar-besaran. Sebenarnya THF mempunyai plang di depan sekali, di pinggir jalan, yang menurut saya kurang kelihatan karena berada di sisi setelah gedung. Itupun tidak terlalu besar dan kurang stand out. Tapi di gedung, sama sekali tidak ada plang THF. THF mempunyai word of mouth yang sangat baik. Saya juga tahu THF melalui rekomendasi teman. Mereka bilang THF has the best coffee in Bandung. Great.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar